Baca NovelMe Bodyguard Nona Muda, Bab 2 : Rencana Tersembunyi

Estimated read time: 7 min


Jangan lupa baca lanjutan novelnya di 

Kalau mau download apk NovelMe bisa klik di 

Bab 2 : Rencana Tersembunyi


Pagi telah tiba, matahari terbit dari jendela kamar barunya itu.

"Hoooaaammm..." Suara Bryan menguap.

Bangun dari tidurnya, Bryan segera bersiap siap menyiapkan diri. Mandi lalu menggosok gigi, kemudian dia merapikan tempat tidurnya. Dia memakai setelan bodyguard yang ada dilemari kamarnya.

Tok tok tok

Suara pintu kamarnya diketuk,

"Permisi mas Bryan, Tuan Anton memanggil anda di dapur" suara seorang pelayan yang disuruh untuk memanggil dirinya.

"Baik, saya akan segera kesana"

Bergegas Bryan merapikan dirinya, berkaca sebentar sambil mengelus jambangnya yang sangat lebat,

"Kurasa jenggot lebat ini memang menghilangkan semua ketampananku"

Dia berniat ingin mencukur sedikit jenggotnya, namun niatnya itu dia batalkan karena mengingat Pak Anton sudah memanggilnya.

Bryan kemudian menutup pintu kamar, lalu mengunci pintu, dan segera pergi ke dapur.

Sesampainya didapur, Bryan melihat para pelayan sedang berdiri disekitar meja makan, hidangan sarapan mewah sudah tersaji diatas meja besar itu.

"Selamat pagi, pak" sapa Bryan kepada bosnya sambil menunduk hormat.

"Selamat pagi Bryan, apa tidurmu nyenyak?" 

"Sangat nyenyak pak" jawab Bryan berbohong.

Sebenarnya, Bryan selalu terjaga disetiap tidurnya karena melatih inderanya. Dia selalu waspada karena musuh bisa datang kapan saja saat dia terlelap.
Itulah mengapa dia bisa menyadang gelar sebagai Legenda Pembunuh Terhebat di dunia.

"Baguslah kalau begitu,"

"Ayo duduklah disini. Kita sarapan pagi dulu" kata Pak Anton sambil menggeser kursi disampingnya.

"Terimakasih pak, tapi saya sudah makan tadi" jawab Bryan menolak halus ajakan Pak Anton.

"Jangan begitu nak Bryan,"

"Kamu ini kan orang kepercayaan saya, ayo kemarilah. Jangan sungkan."

"Baiklah karena bapak memaksa," jawab Bryan terpaksa.

Dia akhirnya menerima tawaran makan bersama dengan Pak Anton. Namun sebelum Bryan menyendok nasinya, tiba tiba berbicaralah Iren yang sedang turun dari tangga,

"Ouhh jadi gitu yah," 

"Ayah makan deluan tanpa menungguku? Dan lagi malah mengundang orang kampung itu makan bersama ayah?"

"Berhenti memanggil Bryan sebagai orang kampung, Iren!" Pak Anton memarahi putrinya yang baru pagi pagi sudah langsung berulah.

"Jadi aku harus memanggil dia apa? Orang Jelek? Manusia Purba? Orang Utan? atau Hewan Liar?"

Jlebb, kata-kata itu menusuk sangat dalam di hati Bryan.

"Irennn!!!" Pak Anton hendak berdiri dari kursinya menampar putrinya tersebut namun di cegah langsung oleh Bryan.

"Saya tidak apa apa kok pak" jawab Bryan menenangkan Pak Anton.

Iren yang telah sampai ke meja makan langsung duduk dikursinya dan lanjut berbicara,

"Kau ini sudah sangat beruntung kami kasihani," ujar Iren.

"Cukup Iren!! Ayah tidak ingin mendengar satu kalimatpun keluar dari mulutmu!" Teriak Pak Anton.

Suasana dalam dapur itu terasa sangat mencekam. Para pelayan tak ada yang berani berbicara termasuk Bryan sendiri.

"Nah? Betul kan? Bahkan sekarang ayah masih membelanya," kata Iren yang masih saja terus menyahut perkataan ayahnya.

"Iren..sudahlah, mari kita makan.." kata Pak Anton dengan nada yang pelan menandakan dia sudah pasrah dengan sifat putrinya itu.

Mereka mulai makan bersama, para pelayan menuangkan air kepada mereka.

"Kapan ibu akan pulang?" tanya Iren memulai percakapan kembali dengan Ayahnya.

"Besok,"

"Besok Ibu akan pulang, kau jangan lupa menjemputnya besok di bandara." kata Pak Anton.

"Baik yah" jawab Iren.

Martha Arvina, Istri dari Pak Antonio Euler sekaligus Ibu kandung dari Irene Euler.
Besok dia akan pulang dari perjalanan bisnisnya di Surayaba. Ibu Iren masih belum mengetahui tentang bodyguard baru putrinya.

Kemudian setelah selesai sarapan, Iren pamit ke Ayahnya untuk pergi ke kampus,

"Ayah, aku pergi dulu ya ke kampus,"

"Aku minta maaf soal yang tadi ya" kata Iren sambil menyalam ayahnya dan memeluknya.

"Ayah juga minta maaf sama kamu Iren" ujar Pak Anton membalas kembali pelukan putrinya itu.

Bryan sebelumnya sudah tau jika Iren sebenarnya hanya ingin mendapat perhatian lebih dari kedua orangtuanya. Dia tau jika Iren sebenarnya anak yang baik dan sopan kepada orangtua.

Kemudian setelah itu, Iren pergi ke luar dan segera naik kemobil.

"Saya pamit dulu pak"

"Iya nak Bryan, saya titip Iren ya"

"SIAP PAK!" jawan Bryan sambil menunduk hormat

Ketika Bryan hendak berjalan keluar, Pak Anton kembali memanggilnya,

"Tunggu sebentar Bryan"

"Ada apa pak?" tanya Bryan bingung,

"Saya mau kasih saran, sebaiknya kamu mencukur jenggot dan kumismu. Cukur sedikit saja,"

"Kita tidak ingin ada orang yang mengetahui 'Identitasmu' yang sebenarnya kan?"

"BAIK PAK" jawab Bryan.

Lalu Bryan pun pergi menyusul nona Iren yang sedang menunggu didalam mobil.

"Lama amat sih lu!! Lu mau gua terlambat?" ujar Iren kepadanya.

Padahal baru 10 menit sebelumnya dia menunjukkan sisi baiknya, namun sekarang dia kembali lagi menjadi Nona muda jahat yang kasar.

"Maaf Nona, tadi saya diajak bicara Pak Anton sebentar"
 
"Awas aja kalau nanti gua telat masuk kelas" ancam Iren.

Segera Bryan masuk kedalam dan mulai menyalakan mesin.

Bryan mengendarai mobil itu dengan lihai namun santai sehingga Nona Iren sampai di kampus tepat waktu.

Iren kemudian turun dari mobil. Lalu Bryan bertanya padanya,

"Nona, apakah aku boleh mengawasi didalam kampus?"

"Terserah kau saja, aku tidak peduli. Yang penting jangan berada dalam jangkauan pandanganku"

"Baik, saya mengerti nona" jawab Bryan.

Lalu Iren pun masuk kedalam kampus. Tanpa sepengetahuan Iren, Bryan ikut mengikutinya ke dalam kampus tersebut.
Nama kampus itu adalah Universitas Indonesia. Perguruan tinggi negeri yang paling bergengsi di negara ini.

Bryan mengikuti Iren hingga sampai masuk ke dalam kelas. Setelah melihat situasi sudah aman. Dia pergi ke bangku taman di kampus itu dan beristirahat.
Kebetulan kelas nona-nya berada di lantai bawah, jadi dia bisa melihat langsung siapa yang keluar masuk didalam kelas.

Bryan tetap memantau dan mengawasi situasi. Di tengah tugasnya, tiba tiba hp miliknya berdering,

Ring ring ring,

"Kakek rupanya" gumam Bryan dalam hati.

Bryan segera mengangkat telepon dari kakeknya itu,

"Halo pak tua, kenapa kau menelponku"

"Halo Bryan cucuku tersayang, sepertinya kau sedang dalam pekerjaan" jawab Kakek nya.

Torocky Xark, pemimpin Keluarga Xark. Orang yang melatih Bryan hingga sampai ke puncak dan menyandang gelar Pembunuh Terhebat. Dia juga di masa mudanya pernah menyandang gelar yang sama dengan Bryan.

"Kalau sudah tau, mengapa kakek malah menelponku?" keluh Bryan,

"Apakah ada hal penting yang ingin kakek bicarakan?" 

"Hoho, seperti biasa ya, kamu mau langsung ke intinya saja,"

"Baiklah, ehem, apakah kamu sudah menemukannya?" tanya Kakek Bryan.

"Menemukan apa?" tanya Bryan bingung

"Hohoho, tampaknya kamu belum mengerti cucuku. Apakah kamu tidak penasaran apa sebenarnya tujuan kakek menyuruhmu bekerja disana?"

Bryan hanya terdiam. Tebakannya selama ini benar. Kakeknya menyuruh dia bekerja disini pasti dengan maksud tertenu.

"Ya aku penasaran kek, aku tidak mengerti mengapa kakek menyuruh ku bekerja disini,"

"Tidak mungkin kakek menyuruhku bekerja disini hanya dengan alasan untuk membayar hutang budi dengan Pak Anton, ya kan?" jelas Bryan kepada Kakeknya.

"Ya, maka dari itu kau harus mencari tau sendiri"

"Kenapa kakek tidak langsung beritahu saja?" tanya Bryan tak sabar.

"Enak saja. Sudah dulu ya, kakek mau dipijat dulu,"

"Apa!? Tunggu dulu kek!" cegah Bryan agar Kakeknya tidak mematikan teleponnya.

"Titip salam sama Pak Anton, dadah"

Tut tut tut..t..t..t..t..

Bryan hanya terdiam dan memikirkan tujuan sebenarnya Kakeknya menyuruh dia bekerja disini.

Waktu berjalan begitu cepat, akhirnya kampus pun berakhir, Bryan segera kembali ke tempat dia memarkirkan mobil. Dia menyalakan mobil, kemudian menjemput dan menunggu Nonanya di gerbang kampus itu.

Ketika Iren sampai digerbang, dia langsung saja berbicara dengan Bryan,

"Lo langsung pulang aja, jangan ngikutin gua. Bilang sama ayah kalau aku pergi jalan bareng temen temen. Paham?"

"Tapi Nona.." 

"Cukup, gua gak mau dengar alasan apapun, lakuin aja yang gue suruh" 

Dari belakang muncul lah mobil sport yang mengklekson mereka. Dan dari jendela,

"Lu jadi ikut gak, ren?" tanya seorang pria yang menjadi supir mobil itu.

Dia adalah Bobby, anak karate sekaligus cucu anggota DPR di kota itu.

"Iya nih, ayo Iren cepetan masuk!" sahut yang lain.

Bryan melihat 2 perempuan dan 3 laki laki berada didalam mobil itu. Mereka adalah teman teman sekelas Iren.

"Jadi dong, yok berangkat" kata Iren.

"Itu siapa ren?" tanya Bobby,

"Bodyguard gua, udah ah! Gua lagi malas jelasin, mendingan kita langsung berangkat"

"Let's go!" sahut teman temannya yang lain.

Bryan sempat bertatap mata dengan Bobby saat mobil mereka mulai bergerak.
Bobby tersenyum kepadanya, namun seperti senyum yang merendahkan dirinya.

Bryan merasa ada sesuatu kejadian yang akan menimpa Nona Iren. Tentu saja Bryan segera bergerak dan melakukan apa yang seharusnya menjadi pekerjaannya. Bryan menghidupkan mesin dan mengikuti mobil mereka dari belakang.

Bryan mengikuti mobil mereka cukup lama, hingga akhirnya berhenti di suatu Bar mewah di kota ini. Nama Bar itu adalah Pinky Bar.

Kemudian mereka semua turun dan masuk kedalam. 

Bryan yang telah selesai memarkirkan turun dan diam diam mengikuti mereka.

Namun dia melihat tingkah aneh yang dilakukan Bobby dengan 2 teman laki lakinya,

"Hehehe. Akhirnya Bob, lu udah bawa bahannya kan?" kata seorang temannya sambil menggesek kedua telapak tangannya,

"Udah dong bro!"

"Harus berhasil cuy, hihi.." sahut yang lain sambil tersenyum,

"Yap, ayo jalankan rencananya!" kata Bobby dengan senyum jahatnya.

Rencana jahat apakah yang dilakukan oleh Bobby? Bisakah Bryan menghentikannya?

Bersambung...



Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.